Bau wangi di Pemakaman
karya: Fitri indah yunita
Sore itu selasai sholat ashar
aku ingin bersepeda keliling kampung menikmati
pemandangan yang indah dan asri, sekalian mau membeli sabun mandi yang ibu pesan di warung persimpangan jalan dekat kampung sebelah yang
menjual berbagai barang kebutuhan rumah tangga. Aku bergegas mengambil sepeda
yang terparkir di samping rumah, setelah berpamitan dengan ibu aku berangkat
dan mengkayuh sepedaku dengan santai.
Pemandangan di kampungku yang sunggu indah masih sangat alami,asri
dan jauh dari kebisingan kota dan limbah pabri. Kampung ku ini terletak di
kecamatan Enok, Indragiri hilir, Riau yang masih kental dengan masyarakat
paguyubannya, rasa kekeluargaan, keakraban dan solidaritas masih terlihat, aku
bangga dengan kampungku ini.
Yaa.. walaupun
aku dan anak-anak yang lain tinggal di
Enok, anak kampung tapi kami tidak kampungan, contohnya saja kami masih bisa
browsing, chatt, dan sabagainya seperti anak modern yang lainnya, yaa.. tidak
ketinggalan zaman lah hehe.
Asyik bersepeda sambil bersenandung tidak terasa aku sampai
di persimpangan jalan depan warung yang terletak tak jauh dari kampung sebelah,
aku langsung memarkir sepeda dan masuk ke warung. “ Bang, ada jual sabun
mandi?” Tanya ku dengan abang penjual yang duduk di depan warungnya. “ ada,
masuk lah, pilih saja.” Setelah bertanya aku langsung masuk dan mencari sabun
sesuai merk yang ibuku pesan.
Setelah mandapat sabun yang di cari aku langsung membayarnya, dan kembali menuju
tempat sepada ku parkir, ku lirik jam tangan menunjuk pukul 04.25 wib, aku
bergegas menaikinnya dan mengkayuh
sepeda meninggalkan warung persimpangan jalan itu, ku percepat kayuhanku karena
waktu yang aku tempuh dari kampungku ke persimpangan jalan memakan waktu
setengah jam, jadi aku harus sampai ke rumah sebelum jam lima.
Angin bertiup kencang dan dingin sekali, dari persimpangan
jalan ke kampungku harus melalui kompleks pemakaman umum yang tak jauh dari
jalan karena tidak ada jalan lain yang dilalui. Setelah ku lalui kompleks
pemakaman aku mecium bau wangin yang sangat tajam kontak bulu kudukku
merinding, ku percepat kayuhanku semakin ku percepat bau wangi itu semakin
menyengat. “Aduuuuhh.. jangan-jangan… “ Telintas di benakku kalau sore ini
memang sore jumat, kata orang dulu kalau jumat memang keramat.
Ku alihkan pikiranku “Ah..mungkin hanya bau bunga yang ada di
pemakaman”. Tapi, perasaan ku semakin menjadi setelah aku ingat kemarin sore
memang ada orang meninggal dengan mengenaskan dan di makamkan di kompleks itu,
perasaanku semakin manjadi tidak karuan dan seolah bau wangi itu selalu
mengikutiku, semakin ku percepat kayuhan sepedaku bau itu semakin menyengat.
Dengan laju aku membawa sepeda semua di depanku aku langgar, lobang, becek,
ilalang tajam tidak ku hiraukan yang terpeting sekarang aku sampai rumah
secepatnya, sambil ngos-ngosan aku masuk ke pekarang rumah dan langsung
menghambur, ku parkir sepeda dan langsung masuk ke dalam rumah, ibu yang
melihat gelagakku langsung bertannya “Ada apa? Kaya di kejar setan saja?”. Dan
aku langsung menceritakan semua kejadian di pemakaman, kalau ada bau wangi dan
ada yang mengikutiku. “Ah, itu mungkin Cuma perasaan mu saja, oh iya.. mana
sabun mandi yang ibu pesan tadi?” aku baru ingat sabun mandi yang ibu pesan
ketinggalan di sepeda, dan aku bergegas mengambilnya di parkiran, mengambil sabun dan menyerahkan keibu,
sebelum ku serahkan kucium bau sabun itu dan ternyata begitu malunya dan
gelihatinya aku membayangkan ternyata bau wangi yang aku cium tadi di pemakaman
ternyata adalah bau sabun ini yang aku beli di warung persimpangan jalan tadi.
Ooohhh.. ternyata….setelah sabun itu ku berikan ke ibu dengan malu ku ceritakan
dengan ibu “Bu, ternyata bau wangi di pemakaman tadi adalah sabun ini” sambil
menunjuk sabun mandi itu, “Hahaha..kamu ini, makanya jangan langsung berpikiran
horror, ya sudah kamu ambil handuk dan segera mandi, ini sabun nya.” Dan aku
langsung menuju kamar dan mengambil handuk dan mandi.
selesai