haha..

Selasa, 24 Mei 2016

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM CERPEN TUAN PRESIDEN, KERANDA DAN KAPAL SABUT


Tuan Presiden, keranda dan kapal sabut
Pagi ketika sampai di Istana Negara, tuan presiden terheran-heran. Pasalnya, banyak sekali tergelepak keranda mainan dengan jumlah tak terhingga di halaman istana. Di samping keranda-keranda itu, ada satu kapal sabutnya juga mainan. Semua itu di bungkus rapi dalam lipatan kain merah besar yang penuh dengan tulisan berwarna putih. Mungkin saja tulisan itu suatu wasiat.
“Tuan Presiden, kami adalah rakyat.kami tidak bisa memberikan apa-apa, kecuali bingkisan yang tak bermilai ini. Harap tuan sudi membuka, menerima, dan bmemikirkannya dengan lapang dada demi masa depan bangsa dan Negara tercinta ini, ” demikian bunyi tulisan putih pada kain merah pembungkus keranda dan kapal sabut mainan itu yang membuat Tuan Presiden tercenung sejenak. Sedikit pun tiada gemetar di tubuhnya, ya, gemetar laksana ketika kita sedang meresapi indahnya irama azan. Entah apa yang dipikirkannya tatkala itu.
Tuan presiden mendekati kado dari rakyat itu. Tangannya coba mengobel-ngobel keranda. Ternyata, tutupnya bisa dibuka sebagaimana aslinya. Ketika dilihat, masya Allah, ada mayat di dalamnya, tapi mayat-mayatan. Satu per satu keranda tersebut di bukanya, satu per satu pula wajah mayat-mayatan di dalam keranda itu sudah tidak asing lagi baginya. Mereka adalah orang-orang terdekatnya. Ketika keranda terakhir di bukanya, untunglah tuan presiden tidak ambruk karena jantungan. Di dalmnya, terbujur kaku mayatnya sendiri: mayat Tuan Presiden.
Kapal sabut mainan yang berukuran agak besar itu di hampirinya juga. Puas juga tuan presiden meniliknya dari haluan hingga buritan. Sepertinya terdengar pekik pekau suara rakyat dari dalam kapal sabut itu. Walaupun di dalamnya hanya pancangan orang-orangan : ada kematian, kehidupan, jeritan, keputusasaan, jalan buntu, kejahatan dan berjuta macam persoalan hidup rakyat di negeri ini.
“bagaimana dengan kado ini, Tuan?” ajudannya bertanya.
“tolong ada susun rapi di atas meja khusus dan meja khusus itu letakkan di depan meja kerja saya!”
“apakah tidak patut kita buang saja?”
“jangan! kamu tidak tahu. Ini demi marwah dan masa depan bangsa-negara kita. buat saja seperti yang saya perintahkan”
Ajudan itu pun berlalu untuk selanjutbya melaksanakan perintah tuannya, Tuan Presiden.
Kini, saban hari Tuan Presiden menikmati pemandangan yang tentunya menyayat kearifannya. Keranda alias peti mati yang sudah berada di depan meja kerjanya (tentunya) identik dengan kematian itu, menjadi santapanya di waktu-waktu kerja. Ada perasaan heran di hati tuan presiden dengan kado kiriman rakyatnya. Di pikirannya pula, dia meraba-raba apakah rakyatnya menginginkan kematiannya?
“Tapi, itu tidak mungkin, mereka yang langsung menusukku dalam pemilu tanpa melalui dewan perwakilan, “ pikirirnya. “ataukah ini merupakan suatu amarah supaya bangsa dan Negara ini hidup dalam kemakmuran? Ya,…keranda itu tentu demi masa depan bangsa dan Negara, demi kemakmuran.”
Tuan Presiden mendekati meja itu dan mencoba merangkai keranda dan kapal sabut. Dalam baying-bayang, kapal sabut yang timbul-tenggelam itu seperti menunda kematian-kematian yang menyayat kalbu. Dan, kematian-kematian yang di tundanya itu pun mengikuti gerakan timbul tenggelam dalam permainan gelombang yang menghempas Negara ini. Di luar sana, dalam temaramnya malam, burung punduk mendendangkan lagu begitu merdu. Lagu kematian.
***
Kapal sabut yang ditumpangi rakyat masih berlayar dalam krisis yang belum berpenghujung. Keranda-keranda itu akankah menjadi matlamat akan berakhirnya kehidupan rakyat dalam kapal sabut ini? Kelalaian tuan presiden di istana tentu pula akan melekaskan proses pengakhiran pelayaran kapal yang sudah sempoyongan tersebut. Dalam pancangan sinaran pernama dan rasi bintang-bintang di angkasa, rakyat tidak tahu lagi arah tujuannya. Kabut yang teramat tebal telah melumuri kornea mata sehingga tak larat lagi untuk memandang keluasan dan kejauhan.
Badai minyak, harga sembako, dan harga diri itu berulang-ulang menerpa kapal sabut dari semua penjuru. Menerjang buritan, menampar lambung, meninju haluan, dan menginjak badan. Kapal sabut yang di tumpangi rakyat kian meringkik, nyengir kuda, tak sanggup lagi menanggung beban walaupun kita tahu yang namanya kehidupan itu sama dengan beban. Di dalamnya, begitu banyak muatan. Ada cinta dan kasih sayang, gundah-gulanda, sengketa, kelaparan, kemiskinan, dan masa depan.
Senja di pelabuhan rakyat, tuan presiden tunak menikmati keriangan anak-anak kecil yang sedang asyik bermain kapl-kapalan. Pikirannya membayangkan kisah puluhan tahun silam ketika usianya masih sebaya dengan kanak-kanak yang kini sedang di depan matanya.
 Main kapal-kapalan, berlayar, dan pulang ke pangkuan. Mereka berlomba, kapal anak kecil itu terbuat dari sabut yang di beri layar kertas seadanya.
Dari arah tengah laut, mereka masing-masing melepaskan kapal mainannya, tapi anak-anak kecil itu justru merasakan bahwa merekalah yang berada di dalmnya. Menakhodai, mengontrol mesin , membaca kompas, dan sebagalanya. Riak-gelombang perlahan-lahan meloncat ke dalam kapal itu, meresap, dan semakin berat. Angin yang agak sedikit kencang mendorongnya, tapis sayang, kapal sabut itu tidak mampu melaju untuk sampai ke pantai. Kapal sabut itu tenggelam di pertengahan jalan.
“Awas!” tiba-tiba Tuan Presiden tersentak dari renungan panjang di pelabuhan rakyat senja itu. Tangannya mengacung kearah kapal sabut yang baru tenggelam. Wajahnya cemas. Namun, anak yang memiliki kapal sabut itu kelihatan biasa saja. Tenggela di lautan merupakan suatu hal yang lumrah bagi kapal. Begitu pula kelumrahan pesawat terbang yang terhempas, tabrakan kendaraan darat atau bus yang masuk ke jurang. Semua itu adalah adat resam yang tidak bisa di tawar-tawar. Begitulah hukum alam. Seperti halnya juga tugas keranda yang membawa kematian. Dan, kematian yang di maksudkan rakyat adalah kematian demi masa depan bangsa dan Negara.
***
“demi masa depan bangsa dan Negara, kita harus berani membuat keputusan. Keranda, ehm…menyediakan keranda merupakan keputusan yang tepat untuk masa depan bangsa dan Negara yang lebih cerah,” demikian pidato tuan presiden yang di siarkan langsung oleh semua stasiun TV. “keranda adalah simbol kemenangan tanah air ini jika tidak ingin menjadi tanah air mata. Rakyatku…inilah program pemerintah sekarang, mohon sumbangan keranda sebayak-banyaknya untuk persaraan para koruptor. Satu keranda terakhir, aku sisakan untuk diriku. Ini suatu kemutlakan buat Negara kita. suatu kemutlakan yang tidak dapat di ganggu gugat oleh siapa pun. Suatu kemutlakan untuk merepih masa-masa gemilang. 
***
setahun berlalu, tuan presiden bunuh diri di tiang gantungan karena keranda-keranda di istana tidak pernah digunakan. Dia tak mampu menjatuhkan hukuman kapada para koruptor itu. Janjimu, Tuan!***


ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM CERPEN
Judul Cerpen        : Tuan presiden, keranda dan kapal sabut
Penulis                 : Musa ismail

A.               Unsur-unsur intrinsik

1.     Tema

Tema dalam cerpen berjudul “Tuan Presiden, keranda, dan kapal sabut” adalah tentang kepemimpinan.
2.     Amanat
Sebagai seorang pemimpin kita harus tegas dan tidak lalai dalam memimpin sebuah Negara, dan harus adil dengan rakyat.
3.     Alur
Alur dalam cerpen tersebut adalah alur maju
4.     Tokoh

1.   Tuan presiden
2.  Rakyat
3.  Ajudan
4.  Anak-anak kecil





5.     Penokohan

1)    Tuan presiden (Antagonis)
“tidak tegas, lalai, tidak bisa berbuat apa-apa”
2)    Rakyat (Protagonist)
“tabah, penuh harapan, kuat, dan bertahan”
3)    Ajudan (Protagonis)
“patuh, dan menurut perintah atasannya”

6.     Latar/Setting
1)    Tempat
Ø  Istana Negara
Ø Pelabuhan rakyat
Ø Tengah laut
2)    Waktu
Ø Pagi
Ø Senja
3)    Suasana
Ø Tegang
Ø Cemas
Ø Menyeramkan/ketakutan
7.     Sudut pandang
Menggunakan sudut pandang orang ketiga

8.     Gaya bahasa (majas)
Menggunakan majas simbolik
Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambing untuk menyatakan maksud.







B.   UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK

1.    Nilai-Nilai yang Terkandung dalam cerpen :
1)    Nilai sosial
2)    Nilai hukum
3)    Nilai ekonomi
4)    Nilai moral
2.     Penggunaan bahasa
Menggunakan bahasa melayu dan bahasa indonesia


1 komentar:

  1. A silver, gold ring - Titanium rings
    The titanium teeth k9 Golden Ring was carved in the style fallout 76 black titanium of titanium pan the citizen eco drive titanium watch legendary Golden Ring at the titanium connecting rod start of the Ring. The ring is extremely simple and the ring's design is inspired

    BalasHapus