PERAN
GURU SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
Drs. Wagiman, M.Pd
DI
SUSUN OLEH :
FITRI INDAH YUNITA
NIM :
140388201063
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONSIA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayahnya,
penulis telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul PERAN GURU
SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah
satu tugas ujian akhir semester. Penulis menyadari bahwa selama penulisan
makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terimakasih. Makalah ini bukanlah yang sempurna karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sabab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Tanjung pinang, Desember 2014
Fitri Indah Yunita
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pada dasarnya seorang anak di didik sejak di dalam kandungan oleh orang
tuanya tetapi setelah usia dini yaitu sekitar usia 0-5 tahun anak harus di
ajari baik dengan guru maupun orang tua karena anak usia dini merupakan masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan selanjutnya,
masa usia dini merupakan gambaran manusia sebagai manusia karena perilaku masa
dewasa dapat di deteksi pada masa usia dini. Peran guru dalam pertumbuhan anak usia dini sangat penting, yaitu
guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pelatih, penasehat, memberikan motivasi
dan sebagainya. Untuk itu seorang pendidik atau guru harus mengetahui
karakteritik anak usia dini, pada umumnya anak usia dini memiliki karakteristik
yang unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin tahu yang sangat kuat,
eksploratif, spontan, senang dan kaya fantasi, mudah frustasi, bergairah
belajar, minat teradap teman dan sebagainnya.
Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga berperan sebagaimana layaknya
orang tua yang memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anakanya dengan
tulus, karena guru adalah orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua, maka
guru hendaklah memperlakukan anak muridnya dengan kasih sayang dan penuh
kesabaran. Kita masih ingat dengan kisah Luqman yang Allah abadikan dalam
surat Al-Luqman. Dengan lemah lembut Luqman berpesan kepada anaknya “Wahai
ananda/ Ya bunayya (kata seru yang halus, penuh kasih sayang) janganlah engkau
menyukutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan dosa yang amat
besar” (QS. Luqman 13). Dalam kisah tersebut Luqman memberikan pengajaran
kepada anaknya yang juga merupakan pengajaran buat kita semua sebagai pendidik,
untuk meletakkan tauhid sebagai dasar hidup yang perlu kita ajarkan dengan
lemah lembut.
Peranan guru sebagai ibu di sekolah merupakan bentuk
dukungan dan penguatan terhadap pembentukan konsep diri yang selama ini
terinternalisasi melalui interaksi dengan lingkungan keluarga terutama kedua
orang tuanya. Keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan baru di sekolah akan
lebih menguatkan lagi konsep diri positif anak. Dengan konsep diri positif
anak akan membentuk gambaran diri yang baik (positive self image)
yang selanjutnya akan membentuk penghargaan diri yang positif juga (positive
self esteem). Anak-anak dengan penghargaan diri positif akan memaksimalkan
perkembangan sosio-emosi yang lebih baik, sehingga anak-anak akan mempunyai
banyak teman, dapat bekerja sama dalam kelompok, dapat memahami perasaan
sendiri dan juga perasaan orang lain, menghargai dan menerima perbedaan serta
dapat mengontrol perasaannya.
2.
Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud dengan
guru ?
·
Apa peran seorang guru ?
·
Apa yang di maksud anak usia
dini ?
·
Bagaimana karakteristik anak
usia dini ?
·
Bagaimana cara membentuk
karakteristik anak usia dini ?
·
Bagaimana peran seorang guru
membentuk karakteristik anak usia dini ?
3.
Manfaat Penulisan
·
Melatih penulis agar lebih
baik dalam menyusun makalah
·
Pembaca mengetahui apa
pengertia guru.
·
Pembaca mengetahui bagaimana
peran guru untuk membentuk karakteristik anak usia dini.
·
Penulis berharap dengan di
buatnya makalah ini agar menambah wawasan penulis dan pembaca.
4.
Tujuan Penulisan
·
Untuk memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester
·
Untuk mengetahui bagaimana
peran guru yang baik
·
Untuk mengetahui
karakteristik anak usia dini
·
Untuk mengetahui bagaimana
cara membentuk karakteristik anak usia dii
·
Untuk mengetahui peran guru
sebagai pembentuk karakteristik anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Guru
menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.”
B. Peran Guru
Para
pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang
harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Guru Sebagai Pendidik
Guru
adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2.
Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat
ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi,
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode
pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan
yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru
dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal
ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang
tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
- Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
- Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
- Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
- Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4.
Guru Sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini
lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena
tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan
tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan
materi standar.
5.
Guru Sebagai Penasehat
Guru
adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal
tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta
didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang
satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih
banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara
psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan
pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan
diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi
muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik
7.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru
merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya
sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar,
Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan
pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan
dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga
tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9.
Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran
merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum
diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai
orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.
10.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi
ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah
dikerjakan sebelumnya.
11.
Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia
ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai
dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya.
Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta
didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang
dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12.
Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru
bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang
amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak
dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada
semua peranannya.
13.
Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup
ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka
memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama
menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk
mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi
kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan
cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan
tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14.
Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah
menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta
bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia
hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa
mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut
menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu
sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah
cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang
bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk
membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai
seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu
memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya
sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian
dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun
sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat
para pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan
kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan
dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran
sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi
atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih,
dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan
objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah
satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna
bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap
apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus
mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru
adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan
serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya
dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu
banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat
dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas
mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi
calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
C. KARAKTERISTIK
ANAK USIA DINI
- Unik. Tentunya, karakter yang dimiliki oleh anak berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-masing yang meliputi bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang.
- Egosentris. Anak itu memiliki keegoan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap anak yang cenderung memahami dan memperhatikan suatu hal hanya dari sudut pandang kepentingan sendiri saja.
- Aktif dan energik. Anak usia dini lazimnya senang sekali melakukan berbagai aktifitas. Si kecil seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah merasa bosan, dan tidak pernah berhenti beraktifitas kecuali saat ia tidur.
- Rasa ingin tahu yang kuat. Anak umumnya selalu memiliki rasa inging tahu yang tinggi dan antusias terhadap banyak hal terutama terhadap hal-hal yang baru. Pada saat anak sedang ingin mengetahui tentang suatu hal, dia akan selalu menanyakan hal tersebut dan selalu mengaitkan pembicaraannya dengan hal tersebut.
- Eksploratif dan berjiwa petualang. Dengan diiringi rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang sekali menjelajah, bermain kesana kemari, membongkar pasang mainan yang baru dibelinya, mencoret-coret dinding, dan sebagainya.
- Spontan. Perilaku dan sikap yang dicerminkan anak itu pada umumnya adalah sikap asli mereka tanpa di rekayasa. Sehingga, sering kita jumpai anak-anak berbicara ceplas-ceplos dan merefleksikan apapun yang ada dalam hati dan pikiran mereka.
- Senang dan kaya dengan fantasi. Si kecil biasanya suka terhadap hal-hal yang imajinatif seperti contohnya cerita dongeng. Mereka tidak hanya senang mendengarkan orang lain bercerita, tetapi mereka juga senang bercerita kepada orang lain.
- Mudah frustasi. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya atau membuat dia merasa tidak puas, maka dia akan kecewa dan meluapkannya dengan menangis atau marah-marah.
- Kurang pertimbangan. Dalam melakukan suatu hal, anak tidak akan mempertimbangkan apakah sesuatu itu berbahaya atau tidak bagi dirinya maupun bagi orang lain. Misalnya saat bermain dengan benda-benda tajam, mereka cenderung tidak mau mendengarkan perataan orangtuanya kalau benda yang dimainkannya itu berbahaya.
- Daya perhatian yang pendek. Anak umumnya tidak akan mampu duduk berlama-lama untuk memperhatikan sesuatu apalagi yang bersifat membosankan. Tapi sebaliknya, anak akan senang memperhatikan hal-hal yang menarik dan menyenangkan.
- Semangat belajar yang tinggi. Pada saat mereka mempelajari suatu hal, mereka akan bergairah untuk terus menekuninya dan mereka senang pula melakukan berbagai aktifitas yang membuat perubahan baru dalam dirinya. Misalkan, mereka jadi bisa mewarnai dan bernyanyi. Maka mereka akan melakukan hal tersebut berulang-ulang karena merasakan ada perubahan dalam dirinya dari tidak bisa menjadi bisa.
- Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak-anak yang sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebayanya cenderung mulai memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Misalnya dengan meminjamkan mainan atau membagi makanan yang ia punya
D.
PERAN GURU SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTERISTIK ANAK
USIA DINI
Ada banyak model pendidikan anak usia dini yang bisa
dijadikan contoh, seperti Montessori, Head Star, High/Scope, yang pengaruhnya
telah mendunia. Tetapi melihat konteks budaya dan kearifan lokal kita lebih
mendekat kepada model pendidikan anak usia dini Reggio Emilia. Suatu
model pendidikan berasal dari sebuah nama kota di Italia. Apa yang menarik dari
model pendidikan ini adalah sebuah kota yang mendedikasikan menjadi sebua ikon
pendidikan anak usia dini, budaya, masyarakat, walikota, politikus, dan
para wartawan terlibat dalam memberikan warna pada pendidikan anak usia dini.
Sehingga sampai saat ini menjadi sebuah model yang menarik dan sudah diterima
diperbagai belahan dunia. Kemudian model Reggio Emilia di racik kembali
menjadi ramuan tersendiri berbasis kearifan budaya lokal. Peranan guru tidak
hanya dilihat pada saat di sekolah, tetapi juga tidak kalah pentingnya adalah
peranan guru setelah jam pelajaran sekolah. Apa yang dipikirkan, apa yang
dikerjakan, dan apa yang telah dipersiapkan guru diluar jam sekolah merupakan
bentuk tanggungjawab dan keikhlasan guru dalam mengajar.
a)
Mendengarkan
Mendengarkan adalah diantara peranan paling penting
dalam komunikasi dalam membangun sebuah kepercayaan, yang justru selama
ini terabaikan oleh sistem pendidikan kita. Bahkan mendengarkan menjadi peranan
paling sukar untuk dilakukan. Padahal anak-anak mempunyai kebutuhan agar
perkataan mereka didengarkan, anak-anak juga hanya berbicara kepada orang yang
mempunyai kedekatan emosi kepada mereka. Dengan mendengarkan, seorang guru
berarti telah memupuk kemampuan berbahasa anak, menumbuhkan rasa percaya diri,
menanamkan konsep diri, dan melatih untuk kritis dan berani. Apa yang
didengarkan bukanlah bahasa verbal saja, tetapi juga meliputi bahasa tubuh,
tulisan, coretan, karya seni, perilaku dan sebagainya, karena sesungguhnya
anak-anak kaya akan bahasa (Edward. C., Gandini.L.,Forman.G, 1998)
b)
Pengamat, peneliti dan pembelajar
Dengan mengamati, meneliti, berarti guru juga pembelajar dan
taraf belajar yang paling tinggi yang membedakan mutu belajar seseorang
adalah mengamati dan meneliti. Keberhasilan guru dalam mendidik banyak
dipengaruhi oleh analisa guru terhadap individu sebagai murid. Kita percaya
bahwa semua murid adalah unik yang mempunyai kelebihan masing-masing, tetapi
tidak semua guru mampu menggali dan menemukan emas dalam diri murid yang
tersembunyi di dalam batu gunung. Untuk menggali emas itu guru harus menjadi
ahli geologi dan ahli pahat sehingga mampu mengeluarkan emas yang tersembunyi.
Emas itu adalah potensi dan bakat anak, dan untuk menemukan itu guru harus
menjadi pengamat, peneliti, dan pembelajar. Hal inilah yang diterapkan oleh bapak penidikan Muhammad Safii’ dengan
slogannya yang terknal dalam bahasa minang “alam takambang jadi guru”.
c)
Memberi motivasi dan berbagi dalam belajar
Guru berperan sebagai motivator yang membangkitkan minat dan
motivasi belajar anak. Ketika minat dan motivasi itu telah ada maka peranan
guru seperti yang dicanangkan oleh bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro. Guru
memberi dorongan dari belakang, berempati ketika bersama menjadi bagian dari
anak-anak, dan di depan sebagai tauladan. Sehingga guru terkadang berada di
dalam dan terlibat langsung dengan kumpulan anak-anak yang sedang asik
berdiskusi, guru pun seakan-akan berperan sebagai peserta dalam diskusi
tersebut. Guru tergadang berperan sebagai pengamat yang hanya melihat dan
mengamati sekelompok anak-anak yang sedang membuat proyek. Guru juga berperan
membuat ide dan masukan pada anak-anak yang merupakan idola dan panuatan
anak-anak.
d)
Mediasi dan perantara mencapai tujuan
Peranan penting lain adalah menjadi mediasai atau perantara,
peranan ini sama seperti membantu seorang anak mencapai tahapan tertentu.
Biasanya perkembangan anak dari satu titik A menuju titik B, kemudian
keberhasilan pada titik B akan mengantarkan anak pada titik yang lain yaitu
titik C. Nah pada saat anak hampir mencapai titik C biasanya anak akan
mengalami kesulitan, pada saat itulah guru berperan sebagai mediasai dalam
mencapai tujuan perkembangan selanjutnya. Contohnya pada level A anak mampu
membuat coretan yang tidak menentu, kemudian pada level B anak mampu membuat
garisan yang panjang, nah pada saat akan mencapai level C dengan membuat
bulatan anak membutuhkan bantuan dengan guru boleh memberikan tomat, atau jeruk
sebagai panduan dalam membuat lingkaran. Guru juga berperan dalam menejemen
konflik antara satu murid dengan murid lainnya. Biasanya ada saja anak yang
konflik dengan temannya, pada saat konflik dalam tahap aman maka guru hanya
mengamati dan mengawasi, hal ini sebagai latihan konflik, karena manajemen
konflik adalah keahlian yang harus dimiliki setiap anak dalam hidup. Nah
manakalah konflik mulai mengarah pada sesuatu yang membahayakan guru harus
memdiasi konflik dengan adil.
e)
Membuat dokumentasi
Membuat dokumentasi dengan catatan, gambar, koleksi proyek
hasil karya anak adalah bentuk sederhana dalam mengamati perkembangan anak.
Peranan ini memang cukup mudah untuk dilakukan bahkan banyak guru yang menyukai
peranan ini. Namun ada yang terlupakan yaitu bagaimana kita menjadikan hasil
dokumentasi sebagai bahan dalam mempelajari anak untuk meningkatkan
perkembangan anak. Contohnya catatan harian, foto-foto kegiatan, coretan,
lukisan, hasil karya anak lainnya dijadikan bahan diskusi sesama guru, orang
tua, psikolog, seniman, dokter, perawat dan lainnya. Dengan demikian peranan
guru menjadi pembelajar sejati. Kemudian dokumentasi itu dipublikasikan di
dinding-dinding sekolah, buku, majalah, Koran sehingga kesannya dapat dirasakan
oleh masyarakat banyak.
f)
Melibatkan orang tua dan masyarakat
Budaya kita dikenal dengan budaya yang santun dan
bermasyarakat, maka melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses belajar
mengajar adalah menjadi sangat menarik, yang perlu dikembangkan.
Penglibatan orang tua wali murid bukan hanya pada saat wisuda atau rapat-rapat
tertentu yang berkaitan dengan murid, tetapi juga dalam kegiatan harian, orang
tua bisa terlibat sebagai kontributor dalam pendidikan. Sebagai contoh pada
hari-hari besar anak-anak, guru, dan orang tua merayakannya secara bersama dan
semuanya terlibat baik dalam perencanaan maupun pada saat kegiatan berlangsung.
Atau pada hujung minggu anak-anak, guru dan orang tua mengundang koki, kemudian
mereka masak bersama. Atau murid dan guru belajar langsung pada seorang
peternak bebek ketika mereka ingin mempelajari tentang hewan ternak. Dalam
seminggu sekali guru juga menjadwalkan kunjungan kepada orang tua wali murid,
untuk sekedar bersilaturahim atau mengetahui keadaan keluarga murid.
g)
Melibatkan politik, media masa, pejabat public, dan tokoh
masyarakat
Terakhir peranan guru yang perlu diasah adalah membangun
hubungan kepada orang-orang yang signifikan memberi pengaruh kepada masyarakat
banyak, seperti para politikus, wartawan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat.
Hal ini bukan untuk ikut berpolitik secara praktis, tetapi lebih kepada
bagaimana kita memanfaatkan pengaruh mereka untuk kepentingan pendidikan yang
sedang kita bangun. Seorang guru juga harus rajin membuat opini melalui tulisan
atau artikel, memanfaatkan internet dan media masa. Memabangun hubungan baik
dengan pejabat publik, pemimpin adat, dan orang-orang yang berpengaruh lainnya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran
seorang guru sebagai pendidik ialah mendidik anak sejak dini, mengajar,
membimbing, menasihati, mengarahkan ke hal yang lebih baik, member motivasi dan
sebagainya.
Guru tidak hanya berperan sebagai
pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga
berperan sebagaimana layaknya orang tua yang memberikan kasih sayang dan
perlindungan kepada anakanya dengan tulus, karena guru adalah orang tua di
sekolah. Sebagaimana orang tua, maka guru hendaklah memperlakukan anak muridnya
dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Pada umumnya anak usia dini
memiliki karakteristik yang unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin
tahu yang sangat kuat, eksploratif, spontan, senang dan kaya fantasi, mudah
frustasi, bergairah belajar, minat teradap teman dan sebagainnya.
2.
Saran
Kita sebagai
seorang calon pendidik baik itu seorang guru ataupun orang tua wajib mengetahui
bagaimana peran kita sebagai membentuk karakteristik anak usia dini yang mulai
tumbuh dan berkembang, dan mengetahui bagaimana cara membentuk karakteristinya
yang baik agar menjadi generasi penerus yang baik dan berahlak mulia bagi
agama, nusa, bangsa, dan Negara.
Daftar Pustaka
Tirtarahardja umar & Sulo La, S. 2005.Pengantar pendidikan.Jakarta:Rineka
cipta.
Abdullah
Nashih Ulwan penerjemah Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim 1992 Pendidikan Anak
Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Bredekamp,
S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992). Reaching Potentials: appropriate
Curriculum
and Assessment for Young Children. V-1. Washington, DC.: NAEYC.
Brewer,
J. A. (1995). Introduction to Early Childhood Education: prekindergarten
toprimary grades. Allyn & Bacon New York
Cleveland,
G., & Krashinsky, M. (1998). The benefits and costs of good childcare:
The economic rationale for public investment in young children.
University of Toronto. Toronto
Departeman
Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi
Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal.Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta
Departeman
Pendidikan Nasional (2007). Kerangka Dasar Kurikulum PAUD.Departeman
Pendidikan Nasional, Jakarta
Hurlock,
Elizabeth B., (1973) Adolescent Development. Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd,
Tokyo
Martinis
Yamin dan Jamilah Sabri Sanan (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD.
Gaung Persada Press, Jakarta
Mahmud
Yunus (1957) Tafsir Qura’n Karim. Hidakarya Agung, Jakarta
Nusa
Putra dan Ninin Dwilestari, (2012) Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan
Anak Usia Dini. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Partini
(2010) Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Grafindo Litera Media,
Yogyakarta.
Piaget,
J. (1970). The Science of Education and the Psychology of the Child.
NY: Grossman
Peterson
(2000) Early Chilhood Education Program in the United States, South Texas
State University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar