haha..

Jumat, 23 Oktober 2015

PERAN GURU SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI



PERAN GURU SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Drs. Wagiman, M.Pd
DI SUSUN OLEH :

FITRI INDAH YUNITA
NIM : 140388201063

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2014

KATA  PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayahnya, penulis telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul PERAN GURU SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester. Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih. Makalah ini bukanlah yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sabab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun  demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa  memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.





Tanjung pinang, Desember  2014


Fitri Indah Yunita


BAB I
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang

Pada dasarnya seorang anak di didik sejak di dalam kandungan oleh orang tuanya tetapi setelah usia dini yaitu sekitar usia 0-5 tahun anak harus di ajari baik dengan guru maupun orang tua karena anak usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan selanjutnya, masa usia dini merupakan gambaran manusia sebagai manusia karena perilaku masa dewasa dapat di deteksi pada masa usia dini.  Peran guru dalam  pertumbuhan anak usia dini sangat penting, yaitu guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pelatih, penasehat, memberikan motivasi dan sebagainya. Untuk itu seorang pendidik atau guru harus mengetahui karakteritik anak usia dini, pada umumnya anak usia dini memiliki karakteristik yang unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin tahu yang sangat kuat, eksploratif, spontan, senang dan kaya fantasi, mudah frustasi, bergairah belajar, minat teradap teman dan sebagainnya.
Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga berperan sebagaimana layaknya orang tua yang memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anakanya dengan tulus, karena guru adalah orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua, maka guru hendaklah memperlakukan anak muridnya dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Kita masih ingat dengan kisah Luqman  yang Allah abadikan dalam surat Al-Luqman. Dengan lemah lembut Luqman berpesan kepada anaknya “Wahai ananda/ Ya bunayya (kata seru yang halus, penuh kasih sayang) janganlah engkau menyukutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan dosa yang amat besar” (QS. Luqman 13). Dalam kisah tersebut Luqman memberikan pengajaran kepada anaknya yang juga merupakan pengajaran buat kita semua sebagai pendidik, untuk meletakkan tauhid sebagai dasar hidup yang perlu kita ajarkan dengan lemah lembut.
Peranan guru sebagai ibu di sekolah merupakan bentuk dukungan dan penguatan terhadap pembentukan konsep diri yang selama ini terinternalisasi melalui interaksi dengan lingkungan keluarga terutama kedua orang tuanya. Keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan baru di sekolah akan lebih menguatkan lagi konsep diri positif anak. Dengan konsep diri positif  anak akan membentuk gambaran diri yang baik (positive self image) yang selanjutnya akan membentuk penghargaan diri yang positif juga (positive self esteem). Anak-anak dengan penghargaan diri positif akan memaksimalkan perkembangan sosio-emosi yang lebih baik, sehingga anak-anak akan mempunyai banyak teman, dapat bekerja sama dalam kelompok, dapat memahami perasaan sendiri dan juga perasaan orang lain, menghargai dan menerima perbedaan serta dapat mengontrol perasaannya.




2.                  Rumusan Masalah

·         Apa yang dimaksud dengan guru ?
·         Apa peran seorang guru ?
·         Apa yang di maksud anak usia dini ?
·         Bagaimana karakteristik anak usia dini ?
·         Bagaimana cara membentuk karakteristik anak usia dini ?
·         Bagaimana peran seorang guru membentuk karakteristik anak usia dini ?


3.                  Manfaat Penulisan

·         Melatih penulis agar lebih baik dalam menyusun makalah
·         Pembaca mengetahui apa pengertia guru.
·         Pembaca mengetahui bagaimana peran guru untuk membentuk karakteristik anak usia dini.
·         Penulis berharap dengan di buatnya makalah ini agar menambah wawasan penulis dan pembaca.


4.                  Tujuan Penulisan

·         Untuk memenuhi salah satu tugas  ujian akhir semester
·         Untuk mengetahui bagaimana peran guru yang baik
·         Untuk mengetahui karakteristik anak usia dini
·         Untuk mengetahui bagaimana cara membentuk karakteristik anak usia dii
·         Untuk mengetahui peran guru sebagai pembentuk karakteristik anak usia dini



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
B. Peran Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.



3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
  • Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
  • Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
  • Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
  • Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.  Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.




10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.





14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
16. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.


18. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
C.     KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
  • Unik. Tentunya, karakter yang dimiliki oleh anak berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-masing yang meliputi bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang.
  • Egosentris. Anak itu memiliki keegoan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap anak yang cenderung memahami dan memperhatikan suatu hal hanya dari sudut pandang kepentingan sendiri saja.
  • Aktif dan energik. Anak usia dini lazimnya senang sekali melakukan berbagai aktifitas. Si kecil seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah merasa bosan, dan tidak pernah berhenti beraktifitas kecuali saat ia tidur.
  • Rasa ingin tahu yang kuat. Anak umumnya selalu memiliki rasa inging tahu yang tinggi dan antusias terhadap banyak hal terutama terhadap hal-hal yang baru. Pada saat anak sedang ingin mengetahui tentang suatu hal, dia akan selalu menanyakan hal tersebut dan selalu mengaitkan pembicaraannya dengan hal tersebut.
  • Eksploratif dan berjiwa petualang. Dengan diiringi rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang sekali menjelajah, bermain kesana kemari, membongkar pasang mainan yang baru dibelinya, mencoret-coret dinding, dan sebagainya.



  • Spontan. Perilaku dan sikap yang dicerminkan anak itu pada umumnya adalah sikap asli mereka tanpa di rekayasa. Sehingga, sering kita jumpai anak-anak berbicara ceplas-ceplos dan merefleksikan apapun yang ada dalam hati dan pikiran mereka.
  • Senang dan kaya dengan fantasi. Si kecil biasanya suka terhadap hal-hal yang imajinatif seperti contohnya cerita dongeng. Mereka tidak hanya senang mendengarkan orang lain bercerita, tetapi mereka juga senang bercerita kepada orang lain.
  • Mudah frustasi. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya atau membuat dia merasa tidak puas, maka dia akan kecewa dan meluapkannya dengan menangis atau marah-marah.
  • Kurang pertimbangan. Dalam melakukan suatu hal, anak tidak akan mempertimbangkan apakah sesuatu itu berbahaya atau tidak bagi dirinya maupun bagi orang lain. Misalnya saat bermain dengan benda-benda tajam, mereka cenderung tidak mau mendengarkan perataan orangtuanya kalau benda yang dimainkannya itu berbahaya.
  • Daya perhatian yang pendek. Anak umumnya tidak akan mampu duduk berlama-lama untuk memperhatikan sesuatu apalagi yang bersifat membosankan. Tapi sebaliknya, anak akan senang memperhatikan hal-hal yang menarik dan menyenangkan.
  • Semangat belajar yang tinggi. Pada saat mereka mempelajari suatu hal, mereka akan bergairah untuk terus menekuninya dan mereka senang pula melakukan berbagai aktifitas yang membuat perubahan baru dalam dirinya. Misalkan, mereka jadi bisa mewarnai dan bernyanyi. Maka mereka akan melakukan hal tersebut berulang-ulang karena merasakan ada perubahan dalam dirinya dari tidak bisa menjadi bisa.
  • Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak-anak yang sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebayanya cenderung mulai memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Misalnya dengan meminjamkan mainan atau membagi makanan yang ia punya






D.                PERAN GURU SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
Ada banyak model pendidikan anak usia dini yang bisa dijadikan contoh, seperti Montessori, Head Star, High/Scope, yang pengaruhnya telah mendunia. Tetapi melihat konteks budaya dan kearifan lokal kita lebih mendekat kepada model pendidikan anak usia dini Reggio Emilia. Suatu model pendidikan berasal dari sebuah nama kota di Italia. Apa yang menarik dari model pendidikan ini adalah sebuah kota yang mendedikasikan menjadi sebua ikon pendidikan anak usia dini, budaya, masyarakat,  walikota, politikus, dan para wartawan terlibat dalam memberikan warna pada pendidikan anak usia dini. Sehingga sampai saat ini menjadi sebuah model yang menarik dan sudah diterima diperbagai belahan dunia. Kemudian model Reggio Emilia di racik kembali menjadi ramuan tersendiri berbasis kearifan budaya lokal. Peranan guru tidak hanya dilihat pada saat di sekolah, tetapi juga tidak kalah pentingnya adalah peranan guru setelah jam pelajaran sekolah. Apa yang dipikirkan, apa yang dikerjakan, dan apa yang telah dipersiapkan guru diluar jam sekolah merupakan bentuk tanggungjawab dan keikhlasan guru dalam mengajar.
a)                  Mendengarkan
Mendengarkan adalah diantara peranan paling penting dalam  komunikasi dalam membangun sebuah kepercayaan, yang justru selama ini terabaikan oleh sistem pendidikan kita. Bahkan mendengarkan menjadi peranan paling sukar untuk dilakukan. Padahal anak-anak mempunyai kebutuhan agar perkataan mereka didengarkan, anak-anak juga hanya berbicara kepada orang yang mempunyai kedekatan emosi kepada mereka. Dengan mendengarkan, seorang guru berarti telah memupuk kemampuan berbahasa anak, menumbuhkan rasa percaya diri, menanamkan konsep diri, dan melatih untuk kritis dan berani. Apa yang didengarkan bukanlah bahasa verbal saja, tetapi juga meliputi bahasa tubuh, tulisan, coretan, karya seni, perilaku dan sebagainya, karena sesungguhnya anak-anak kaya akan bahasa (Edward. C., Gandini.L.,Forman.G, 1998)
b)                  Pengamat, peneliti dan pembelajar
Dengan mengamati, meneliti, berarti guru juga pembelajar dan taraf  belajar yang paling tinggi yang membedakan mutu belajar seseorang adalah mengamati dan meneliti. Keberhasilan guru dalam mendidik banyak dipengaruhi oleh analisa guru terhadap individu sebagai murid. Kita percaya bahwa semua murid adalah unik yang mempunyai kelebihan masing-masing, tetapi tidak semua guru mampu menggali dan menemukan emas dalam diri murid yang tersembunyi di dalam batu gunung. Untuk menggali emas itu guru harus menjadi ahli geologi dan ahli pahat sehingga mampu mengeluarkan emas yang tersembunyi. Emas itu adalah potensi dan bakat anak, dan untuk menemukan itu guru harus menjadi pengamat, peneliti, dan pembelajar. Hal inilah yang diterapkan oleh bapak penidikan Muhammad Safii’ dengan slogannya yang terknal dalam bahasa minang “alam takambang jadi guru”.

c)                  Memberi motivasi dan berbagi dalam belajar
Guru berperan sebagai motivator yang membangkitkan minat dan motivasi belajar anak. Ketika minat dan motivasi itu telah ada maka peranan guru seperti yang dicanangkan oleh bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro. Guru memberi dorongan dari belakang, berempati ketika bersama menjadi bagian dari anak-anak, dan di depan sebagai tauladan. Sehingga guru terkadang berada di dalam dan terlibat langsung dengan kumpulan anak-anak yang sedang asik berdiskusi, guru pun seakan-akan berperan sebagai peserta dalam diskusi tersebut. Guru tergadang berperan sebagai pengamat yang hanya melihat dan mengamati sekelompok anak-anak yang sedang membuat proyek. Guru juga berperan membuat ide dan masukan pada anak-anak yang merupakan idola dan panuatan anak-anak.
d)                 Mediasi dan perantara mencapai tujuan
Peranan penting lain adalah menjadi mediasai atau perantara, peranan ini sama seperti membantu seorang anak mencapai tahapan tertentu. Biasanya perkembangan anak dari satu titik A menuju titik B, kemudian keberhasilan pada titik B akan mengantarkan anak pada titik yang lain yaitu titik C. Nah pada saat anak hampir mencapai titik C biasanya anak akan mengalami kesulitan, pada saat itulah guru berperan sebagai mediasai dalam mencapai tujuan perkembangan selanjutnya. Contohnya pada level A anak mampu membuat coretan yang tidak menentu, kemudian pada level B anak mampu membuat garisan yang panjang, nah pada saat akan mencapai level C dengan membuat bulatan anak membutuhkan bantuan dengan guru boleh memberikan tomat, atau jeruk sebagai panduan dalam membuat lingkaran. Guru juga berperan dalam menejemen konflik antara satu murid dengan murid lainnya. Biasanya ada saja anak yang konflik dengan temannya, pada saat konflik dalam tahap aman maka guru hanya mengamati dan mengawasi, hal ini sebagai latihan konflik, karena manajemen konflik adalah keahlian yang harus dimiliki setiap anak dalam hidup. Nah manakalah konflik mulai mengarah pada sesuatu yang membahayakan guru harus memdiasi konflik dengan adil.
e)                  Membuat dokumentasi
Membuat dokumentasi dengan catatan, gambar, koleksi proyek hasil karya anak adalah bentuk sederhana dalam mengamati perkembangan anak. Peranan ini memang cukup mudah untuk dilakukan bahkan banyak guru yang menyukai peranan ini. Namun ada yang terlupakan yaitu bagaimana kita menjadikan hasil dokumentasi sebagai bahan dalam mempelajari anak untuk meningkatkan perkembangan anak. Contohnya catatan harian, foto-foto kegiatan, coretan, lukisan, hasil karya anak lainnya dijadikan bahan diskusi sesama guru, orang tua, psikolog, seniman, dokter, perawat dan lainnya. Dengan demikian peranan guru menjadi pembelajar sejati. Kemudian dokumentasi itu dipublikasikan di dinding-dinding sekolah, buku, majalah, Koran sehingga kesannya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.


f)                   Melibatkan orang tua dan masyarakat
Budaya kita dikenal dengan budaya yang santun dan bermasyarakat, maka melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses belajar mengajar adalah menjadi sangat menarik, yang perlu dikembangkan. Penglibatan orang tua wali murid bukan hanya pada saat wisuda atau rapat-rapat tertentu yang berkaitan dengan murid, tetapi juga dalam kegiatan harian, orang tua bisa terlibat sebagai kontributor dalam pendidikan. Sebagai contoh pada hari-hari besar anak-anak, guru, dan orang tua merayakannya secara bersama dan semuanya terlibat baik dalam perencanaan maupun pada saat kegiatan berlangsung. Atau pada hujung minggu anak-anak, guru dan orang tua mengundang koki, kemudian mereka masak bersama. Atau murid dan guru belajar langsung pada seorang peternak bebek ketika mereka ingin mempelajari tentang hewan ternak. Dalam seminggu sekali guru juga menjadwalkan kunjungan kepada orang tua wali murid, untuk sekedar bersilaturahim atau mengetahui keadaan keluarga murid.
g)                  Melibatkan politik, media masa, pejabat public, dan tokoh masyarakat
Terakhir peranan guru yang perlu diasah adalah membangun hubungan kepada orang-orang yang signifikan memberi pengaruh kepada masyarakat banyak, seperti para politikus, wartawan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat. Hal ini bukan untuk ikut berpolitik secara praktis, tetapi lebih kepada bagaimana kita memanfaatkan pengaruh mereka untuk kepentingan pendidikan yang sedang kita bangun. Seorang guru juga harus rajin membuat opini melalui tulisan atau artikel, memanfaatkan internet dan media masa. Memabangun hubungan baik dengan pejabat publik, pemimpin adat, dan orang-orang yang berpengaruh lainnya.










BAB III
PENUTUP
1.                  Kesimpulan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran seorang guru sebagai pendidik ialah mendidik anak sejak dini, mengajar, membimbing, menasihati, mengarahkan ke hal yang lebih baik, member motivasi dan sebagainya.
Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga berperan sebagaimana layaknya orang tua yang memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anakanya dengan tulus, karena guru adalah orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua, maka guru hendaklah memperlakukan anak muridnya dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Pada umumnya anak usia dini memiliki karakteristik yang unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin tahu yang sangat kuat, eksploratif, spontan, senang dan kaya fantasi, mudah frustasi, bergairah belajar, minat teradap teman dan sebagainnya.

2.                  Saran

Kita sebagai seorang calon pendidik baik itu seorang guru ataupun orang tua wajib mengetahui bagaimana peran kita sebagai membentuk karakteristik anak usia dini yang mulai tumbuh dan berkembang, dan mengetahui bagaimana cara membentuk karakteristinya yang baik agar menjadi generasi penerus yang baik dan berahlak mulia bagi agama, nusa, bangsa, dan Negara.


















Daftar Pustaka

Tirtarahardja umar & Sulo La, S. 2005.Pengantar pendidikan.Jakarta:Rineka cipta.
Abdullah Nashih Ulwan penerjemah Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim 1992 Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Bredekamp, S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992). Reaching Potentials: appropriate
Curriculum and Assessment for Young Children. V-1. Washington, DC.: NAEYC.
Brewer, J. A. (1995). Introduction to Early Childhood Education: prekindergarten toprimary grades. Allyn & Bacon New York
Cleveland, G., & Krashinsky, M. (1998). The benefits and costs of good childcare:   The economic rationale for public investment in young children.   University of Toronto. Toronto
Departeman Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi
            Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal.Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta
Departeman Pendidikan Nasional (2007). Kerangka Dasar Kurikulum PAUD.Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta
Hurlock, Elizabeth B., (1973) Adolescent Development. Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Gaung Persada Press, Jakarta
Mahmud Yunus (1957) Tafsir Qura’n Karim. Hidakarya Agung, Jakarta
Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, (2012) Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Partini (2010) Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Grafindo Litera Media, Yogyakarta.
Piaget, J. (1970). The Science of Education and the Psychology of the Child. NY:  Grossman
Peterson (2000) Early Chilhood Education Program in the United States, South Texas State University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar