PERMASALAHAN AKTUAL PERANAN GURU DI INDONESIA
Drs. Wagiman, M.Pd
DI
SUSUN OLEH :
FITRI INDAH YUNITA
NIM :
140388201063
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONSIA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayahnya,
penulis telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul PERMASALAHAN
PERANAN GURU DI INDONESIA. Makalah
ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester. Penulis
menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih. Makalah
ini bukanlah yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam
hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sabab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Tanjung pinang, Desember 2014
Fitri Indah Yunita
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu
terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat di
capai dari peroses pendidikan. Permasalahan aktual berupa
kesenjangan–kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak
untuk ditanggulangi.
Dalam
dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor
yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh
sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air,
guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi
mereka.
Filosofi
sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran
guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di
posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak
hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu
pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan
tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak
didik dalam proses pendidikan secara global.
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.
Misi pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Sebabnya
karena pembangunan sendiri mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama,
karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan mahluk misteri yang megandung
banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi harikedepan
yang juga mengandung banyak pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari depan
itu penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat ini.
Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan, maka
diperlukan rumusan tentang masalah masalah penndidikan yang bersifat pokok yang
dapat dijadikan acuan pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dalam
praktek pendidikan di lapangan. Dengan dikemuakakan masalah-masalah pokok
pendidikan berkaitan dengan masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain.
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang
memberikan arah baru pada pendidikan. Sejalan dengan itu perkembangan iptek
yang pesat menyumbangkan cara-cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan
masalah pendidkan. Dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu
disempurnakan. Sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system
pendidikan juga harus berubah. Duhulu sebuah sekolah sudah dapat beroperasi
jika ada murid, guru, dan ruangan tempat belajar dengan beberapa sarana
seperlunya. Perlu dipahami tidak semua masalah aktual tersebut merupakan masalah
baru. Bahkan ada yang sudah lama. Sudah sejak lama masalah aktual itu kita
sepakati untuk mengatasinya, tetapi dari tahun ketahun hasilnya tetap masa.
Contoh pendidikan moral Pancasila seperti yang telah di ungkapkan tadi.
B.
Rumusan masalah
·
Apa peran guru ?
·
Apa permasalahan peranan guru ?
·
Bagaimana permasalahann peranan guru di Indonesia ?
·
Bagaimana solusi permasalahan peranan guru di indonesia ?
C.
Manfaat penulisan
·
Melatih penulis agar lebih
baik dalam menyusun makalah
·
Pembaca mengetahui bagaimana
seharusnya peran guru
·
Pembaca mengetahui bagaimana
permasalahnan peranan guru di Indonesia
·
Penulis berharap dengan di
buatnya makalah ini agar menambah wawasan penulis dan pembaca.
·
Sebagai sumber bacaan dan tambahan bagi semua pihak
yang ingin mengetahui permasalahan guru di indonesia.
D.
Tujuan Penulisan
·
Untuk memenuhi salah satu
tugas ujian akhir semester
·
Untuk mengetahui bagaimana
peran guru yang baik
·
Untuk mengetahui permasalahan peranan guru di Indonesia.
·
Untuk mengetahui solusi cerdas dalam menyelesaikan/
mengatasi masalah
guru di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran Guru
1.
Guru Sebagai Pendidik
Guru
adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2.
Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat
ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi,
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode
pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan
yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru
dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal
ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
- Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
- Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
- Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
- Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4.
Guru Sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini
lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena
tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan
tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan
materi standar.
5.
Guru Sebagai Penasehat
Guru
adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal
tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau
bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus
menjadi pribadi yang terdidik
7.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru
merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya
sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar,
Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan
pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang
bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi
sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9.
Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran
merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum
diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai
orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.
10.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari
fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah
dikerjakan sebelumnya.
11.
Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia
ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai
dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya.
Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta
didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang
dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12.
Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru
bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang
amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak
dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada
semua peranannya.
13.
Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup
ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka
memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama
menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk
mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi
kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan
cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan
tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14.
Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah
menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta
bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia
hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa
mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut
menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu
sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah
cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang
bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk
membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai
seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan,
melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami
respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga
dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan
inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang
actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para
pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan
kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan
dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran
sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi
atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih,
dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan
objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah
satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna
bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap
apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus
mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru
adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan
serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya
dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu
banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat
dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas
mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi
calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
B.
Masalah Peranan Guru
Guru merupakan satu-satunya sumber belajar, ia menjadi
pusat tempat bertanya. Tugas guru memberikan ilmu pengetahuan kepada murid. Cara
demikian dipandang sudah memadai karena ilmu pengetahuan guru belum berkembang,
cakupanya belum terbatas. Kebutuhan hidup dewasa ini juga masih sederhana.
Dewasa ini berkat perkembangan iptek yang demikian pesat bahkan merevolusi,
sejak abad ke-19, bagi seorang guru tidak mungkin lagi menguasai seluruh
khasanah ilmu pengetahuan walau dalam bidangnya sendiri yang ia tekuni. Dia
tidak mungkin menjadi dirinya gudang ilmu dan oleh karena itu juga tidak
satu-satunya sumber belajar bagi muridnya. Tugasnya bukan memberikan ilmu pengetahuan melainkan terutama
menunjukkan jalan bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan, dan mengembangkan
dorongan untuk berilmu. Dengan kata lain menumbuhkambangkan budaya membaca dan
budaya meneliti untuk menemukan sesuatu pada diri murudnya. Dengan singkat
dikatakan tugas guru adalah “membelajarkan pelajar”.
Guru mendudukkan dirinya hanya sebagai bagian dari
sumber belajar. Beraneka ragam sumber belajar yang hanya justru hanya dapat
ditemukan di luar diri guru seperti perpustakaan, taman bacaan, museum, toko
buku, berbagai media massa, lembaga-lembaga sosial, orang-orang pintar, kebun
binatang, alam , dan lingkungan sekitar. Alam adalah buku besar yang sangat
lengkap isinya.
Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang
diri melayaninya. Untuk memandu proses
pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah petugas lainya seperti konselor
atau guru BP, pustakawan, laboran, dan teknik sumber belajar. Dengan hadirnya
petugas-petugas lain tersebut di samping guru maka sejumlah kesibukan yang
semestinya tidak dilakukan (tetapi yang selama ini dianggap) dapat di alihkan.
Tetapi ini tidak berarti bahwa ia selalu kehilangan fungsi. Justru sebaliknya
fungsinya bertambah banyak hanya bergeser
ke arah lain. Kini ia memiliki cukup waktu untuk mengerjakan hal-hal
yang senantiasa ia lakukan, tetapi yang selama itu tertelantarkan lantaran
ketiadaan waktu karena terpaksa oleh tenaga-tenaga yang lain tadi. Sekarang
kecukupan waktu dapat digunakan untuk :
·
Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi yang lebih intensif dengan
murid-muridnya. Pelayanan kelompok dan individual/kelompok, mendorong semangat
untuk berkreativitas, dan bekerja sama, menumbuhkan rasa percaya diri, harga
diri dan tanggung jawab, menghargai waktu dan kedisiplinan,menghargai orang
lain, dan menemukan jati diri.inilah sisi pendidikan dari tugas seorang guru
yang telah lama trabaikan. Dari sisi pembelajaran ia diharapkan mampu pengelola
proses pembelajaran, menunjukkan tujuan pembelajaran, mengorganisaiskan
kegiatan pembelajaran, mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar,
menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar, dan memberikan dorongan
belajar.
Dalam hubungan dengan multiperan guru maka masalah yang timbul ialah
bagaimana guru melakukan multiperan seperti itu jika pada kebanyakan sekolah
mereka adalah pejuang tunggal. Kalaupun ia sudah di dampingi oleh petuas yang
lain seperti konselor dan lain-lain,
sudahkah ia memiliki wawasan dan kemampuan yang cukup untuk melaksanakan multi
perannya itu. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan guru belum siap untuk
berbuat demikian.
C.
Masalah Guru Di Indonesia
1.
Masalah Kualitas Guru
Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir
sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD
saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi
masalah, dimana seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu
mata pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan inti dari
pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan
proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.
2. Jumlah Guru Yang Masih Kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih
dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh
sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini,
dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas
sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk
sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap
kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses
belajar mengajar yang maksimal.
3. Masalah Distribusi Guru
Masalah distribusi guru yang kurang merata,
merupakan masalah tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di
daerah-daerah terpencil, masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam
suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti
masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang
diharapkan.
4. Masalah Kesejahteraan Guru
Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa
tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para
guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih
berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah
merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari
tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis di lingkungan sekolah
dimana mereka mengajar. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat
meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan
praktek bisnis di sekolah.
D.
Upaya Penanggulangan
Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu
diberi perhatian khusus, oleh karena tenaga kepandidikan khususnya guru menjadi
penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan.
PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi) dan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) perlu di tumbuh kambangkan terus sebagai model
pengembangan kemampuan guru (self
sustaining competencies). Pendayagunaan sumber belajar yang beraneka ragam
perlu ditingkatkan. Upaya ini menjadi menjadi tanggung jawab kepala sekolah,
guru, dan teknis sumber belajar.
E.
Solusi Dari
Permasalahan-Permasalahan Guru Di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis
besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan.
Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem
ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut
perihal pembiayaan –seperti rendahnya jumlah kurangnya guru, distribusi guru
dan kesejahteraan guru – berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang
ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam
atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini
wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan
bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut
hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya
untuk menyelesaikan masalah kualitas guru.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis
untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu
terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat di
capai dari peroses pendidikan. Permasalahan aktual berupa
kesenjangan–kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak
untuk ditanggulangi. Peran utama guru adalah dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Maka masalah
yang timbul ialah bagaimana guru melakukan multiperan seperti itu jika pada
kebanyakan sekolah mereka adalah pejuang tunggal. Kalaupun ia sudah di dampingi
oleh petuas yang lain seperti konselor
dan lain-lain, sudahkah ia memiliki wawasan dan kemampuan yang cukup untuk
melaksanakan multi perannya itu. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan guru
belum siap untuk berbuat demikian. Upaya yang di lakukan Pendidikan tenaga
kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian khusus, oleh
karena tenaga kepandidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya
sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan. PKG (Pusat Kegiatan
Guru), MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) perlu di tumbuh kambangkan terus sebagai model pengembangan
kemampuan guru (self sustaining
competencies). Pendayagunaan sumber belajar yang beraneka ragam perlu
ditingkatkan. Upaya ini menjadi menjadi tanggung jawab kepala sekolah, guru,
dan teknis sumber belajar. Permasalahan guru di Indonesia memang masih sering
terjadi di bandingkan dengan permasalahan guru di negara-negara lain. Hal-hal
yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi
pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi
penyebabnya yaitu: Maslah
kualitas guru, Masalah
jumlah guru masih sedikit, Maslaha
distribusi guru, Masalah kesejahtraan guru. Adapun
solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan
kualitas guru serta perhatian pemerintah.
B.
SARAN
Kita sebagai calon guru atau seorang guru sebaiknya menetapkan peran
kita sebaik-baiknya yaitu sebagai mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik, dan tugasnya bukan
hanya memberikan ilmu pengetahuan melainkan terutama menunjukkan jalan
bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan, dan mengembangkan dorongan untuk
berilmu. Dengan kata lain menumbuh kambangkan budaya membaca dan budaya
meneliti untuk menemukan sesuatu pada diri muridnya. Dengan singkat dikatakan
tugas guru adalah “membelajarkan pelajar”. Perkembangan dunia di era
globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional
yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah
satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan
dengan negara-negara lain adalah dengan menyediakan guru y profesional dan
kesejahtraan mereka terlebih dahulu.
Daftar
Pustaka
Tirtarahardja umar & Sulo La, S. 2005.Pengantar pendidikan.Jakarta:Rineka
cipta.
Abdullah Nashih Ulwan penerjemah Khalilullah Ahmas Masjkur
Hakim 1992 Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Bredekamp, S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992). Reaching
Potentials: appropriate
http: // Warna dunia. Com/ Masalah guru Indonesia.Com
PP No. 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan
Pasal 29
http://eduquestion-1993.blogspot.com/2011/12/permasalahan-guru-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar